Sebuah tulisan mengenai KANKER dari Bu Endang Rahayu Sedyaningsih

Tulisan  Bu Endang Rahayu Sedyaningsih dalam pengantar sebuah buku mengenai kanker
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH bertugas sebagai Menkes dengan masa kerja terbilang singkat yaitu 2,5 tahun pada periode ke-2 SBY. Dokter Endang meninggal dunia pada 2 Mei 2012. Masa kerja begitu singkat sebagai Menkes tapi dia sudah mengukir prestasi cemerlang dan monumental bahkan bisa disebut fenomenal.
Dalam menjalani masa-masa menghadapi kanker, ada tulisan menyentuh Bu Endang Rahayu Sedyaningsih pada 13 April silam dalam pengantar sebuah buku mengenai kanker. Berikut petikan tulisan mendiang Menkes Endang:
Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnosa kanker paru stadium empat baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya: Why me? Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan dua putra dan satu putri yang alhamdullilah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaanSo, Why not? Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencana-Nya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa siap untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baikBagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah-Nya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan, jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangiBersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.
Tulisannya ini sungguh luar biasa menyentuh. Tak ada nada menyalahkan atau merasa dirinya sebagai korban. Justru nampak kombinasi antara syukur, penyerahan diri pada Tuhan dan upaya gigih untuk terus berkarya hingga akhir hidupnya sangat kental terasa.
Hidup dengan menikmati anugerah Ilahi, Bu Endang memaparkan, menghitung anugrah dan berkat yang dia nikmati sampai detik ketika dia menulis. Alangkah dalamnya pengenalan beliau mengenai anugerah Tuhan itu sehingga dia memaparkan secara luas dan kaya sekaligus dalam banget.


Komentar